Wakil Mitsubishi Heavy Industries/Mitsubishi Corporation
(MHI/MC) dalam rapat dengan Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo dan
instansi terkait di Gedung Migas, Jumat (12/8), mengemukakan, persetujuan itu
dikeluarkan Pemerintah Jepang pada akhir Juli 2011.
Sebagai tindak lanjut dari persetujuan itu, Pemerintah Indonesia
meminta MHI menyampaikan secara lengkap jadwal dan lingkup kerja studi
kelayakan proyek Sumatera SNG ini.
Selanjutnya, pihak Jepang meminta adanya surat
dari Pemerintah Indonesia
yang menyampaikan ketertarikan untuk meneruskan FS ini pada tahap FEED (Front End Engineering Design).
Menurut rencana, kilang Sumatera SNG yang akan dibangun
berkapasitas 150 MMSCFD. PT CPI dan PLN telah menyatakan kesediaannya membeli
produks gas SNG dengan ketentuan business
to business. Produksi CO2 yang dihasilkan, akan diangkut melalui pipa ke
lapangan minyak untuk memulihkan produksi minyak di lapangan yang cadangannya
hampir habis.
Syngas merupakan
sejenis gas campuran yang terdiri atas gas karbon monoksida dan hidrogen.
Terkadang gas ini juga mengandung karbon dioksida. Syngas mudah terbakar dan digunakan sebagai bahan bakar atau
digunakan dalam proses untuk membuat zat kimia lain.
Berdasarkan data Tekmira
Balitbang Kementerian ESDM, di dunia, produksi syngas dari batu bara telah dilakukan secara komersial sejak 50-an.
Hingga saat ini terdapat 53 plant gasifikasi
batu bara yang memproduksi syngas
untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kimia seperti pupuk dan
petrokimia, listrik dan gas kota.
Di Indonesia, pernah terdapat
beberapa pabrik gas di kota-kota besar yang memproduksi gas kota melalui proses
karbonisasi terhadap batu bara. Pabrik-pabrik gas kota ditutup tahun 70-an dan
diganti gas alam.
Tekmira sendiri telah melakukan
penelitian dan pengembangan gasifikasi batu bara sejak 1994 untuk memproduksi
gas bakar dan syngas. Tekmira juga
bekerja sama dengan pihak Jepang untuk mengembangkan syngas. Dari hasil kerja sama itu, diketahui bahwa kendala yang
dapat menghambat pengembangan plant
komersial gasifikasi batu bara untuk memproduksi syngas di Indonesia, antara lain tidak adanya jaminan pasar syngas, harga gas dan infrastruktur
serta harga batu bara.
Syngas telah dikembangkan secara komersial di AS. Antara lain
oleh Dakota Gasification Co., yang
memproduksi syngas 152 MMSCFD.
Perusahaan tersebut membangun plant dengan
menggunakan dana pemerintah pada tahun 1984.