Menteri ESDM Jero
Wacik dalam raker dengan Komisi VII DPR, Rabu (29/1), mengatakan, masih ada
paradigma di kementerian lain bahwa pembangunan kilang harus memperhitungkan
keuntungannya juga. Padahal, pembangunan kilang tak ubahnya seperti membeli
kapal perang atau tank yang berfungsi sebagai pertahanan negara.
“Jangan melihat
untungnya karena itu (kilang) untuk menjaga negeri. Kalau ada apa-apa di Timur
Tengah, bisa kacau negeri kita. Kami perjuangkan itu, cuma belum berhasil,â€Â
kata Wacik.
Dirjen Migas
Kementerian ESDM A. Edy Hermantoro mengatakan, tim akan melakukan market consultation itu, terdiri dari
wakil Kementerian ESDM , Kementerian Keuangan dan BKPM.
Dalam pertemuan
dengan calon investor nantinya, pemerintah akan menyampaikan item-item yang telah
disiapkan oleh pemerintah dan kerja sama
yang diharapkan dari pihak investor. Terkait
pembangunan kilang ini, pada tahun 2013, pemerintah telah dilakukan feasibility study (FS) dan tahun 2014
direncanakan akan dilakukan BED dan FEED.
Menurut Edy, hal
yang paling penting dari pembangunan kilang tersebut adalah ketersediaan lahan.
Saat ini, sedang dilakukan diskusi mengenai lahan yang dimiliki negara dengan luas yang cukup untuk pembangunan
kilang.
“Lahannya yang
punya aset negara sudah ada, Cukup untuk kilang kilang. Tinggal datangkan
investor,†ujarnya.
Pembangunan kilang minyak dilakukan untuk
meningkatkan ketahanan energi nasional. Untuk kawasan Asia Pasifik, kilang terakhir kali
dibangun tahun 1998. Khusus Indonesia, kilang yang usianya paling muda dan
dapat memberikan keuntungan adalah Balongan yang dibangun tahun 1994. Sementara
kilang-kilang lainnya, keuntungannya
sangat kecil karena telah berumur tua lantaran dibangun tahun 70-an. (TW)