Menteri didampingi oleh Dirjen
Migas Evita H. Legowo dan Anggito Abimanyu, yang mewakili Menkeu Sri Mulyani.
Sebelum memulai paparannya, Purnomo
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan harga BBM, seperti
keputusan OPEC yang memotong produksi sebesar 1,5 juta barel, perkembangan kurs
rupiah terhadap dolar AS yg masih fluktuatif, serta krisis global yang sampai
saat ini masih berlangsung.
Pada raker tersebut, Purnomo
memaparkan perhitungan subsidi BBM, perkembangan ICP, realisasi subsidi BBM dan
LPG, serta prognosa harga dan subsidi BBM.
Mengenai premium dan solar terhitung
Maret-Agustus, Purnomo menjelaskan bahwa konsumsi mengalami peningkatan
melebihi Pagu yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan pengguna pertamax yang
beralih menggunakan BBM bersubsidi. Tingginya konsumsi premium dan solar
menyebabkan subsidi yang digunakan hingga bulan Oktober 2008 adalah sebesar 130
triliun, lebih besar daripada yang dianggarkan yaitu 126, 82 triliun.
Sebagai perincian, pagu untuk
premium 44,74 triliun, kerosene 38,69 triliun, solar 33,67 triliun, dan elpiji
3kg 9,72 triliun.
Menanggapi pemaparan Menteri
ESDM, beberapa anggota dewan komisi VII DPR RI meminta agar pemerintah dapat menyesuaikan
harga jual BBM bersubsidi di dalam negeri mengingat harga minyak dunia yang
merosot jauh. Hal ini dikarenakan adanya kekuatiran bahwa dengan adanya ancaman
resesi global tahun depan maka masyarakat akan semakin dibebani karena
melemahnya daya beli serta melambatnya industri bila harga BBM tidak
cepat-cepat diturunkan.
Sebagai kesimpulan, Komisi VII
meminta pemerintah untuk menurunkan harga BBM serta mengkaji ulang sistem agar
memiliki fleksibilitas dalam menentukan harga BBM dalam RAPBN 2009.