Jakarta - Indonesia telah mengumumkan target Net Zero Emission (NZE) sejak COP26 Glasgow dan telah menetapkan peta jalan transisi energi menuju netral karbon pada tahun 2060, salah satunya melalui penerapan Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif diwakili Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastruktur Energi Ego Syahrial dalam pembukaan International & Indonesia CCS Forum 2024, di JCC, Jakarta (31/7), menyampaikan bahwa CCUS penting untuk mengurangi emisi dari industri yang sulit dikurangi, seperti produksi semen, baja dan petrokimia.
Lebih lanjut, Ego menjeIaskan bahwa CCS/CCUS juga menawarkan pilihan untuk menggunakan bahan bakar fosil dengan tetap hemat biaya, dan menyediakan energi rendah karbon, seperti blue amoniac, blue hydrogen, dan syntetic fuel production.
Dihadapan para stakeholders dan para peserta, Ego menyampaikan bahwa untuk mendukung penurunan emisi karbon tersebut pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2023 tentang CCS/CCUS pada kegiatan usaha hulu migas. Pihaknya juga optimis bahwa Indonesia dapat menjadi CCS Hub dengan adanya beberapa projek CCS dengan kapasitas penyimpanan yang sangat besar.
“Indonesia memiliki potensi kapasitas penyimpanan yang sangat besar, sekitar 4,85 giga ton CO2 di reservoir minyak dan gas dan sekitar 572 giga ton di akuifer garam. Dua cekungan populer di CCS yaitu cekungan Sunda Asri dengan kapasitas 6 giga ton dan cekungan Bintuni Tangguh dan Jawa Timur Selatan, “ jelas Ego lebih lanjut.
Dijelaskan Ego bahwa Indonesia saat ini memiliki total sekitar 15 proyek potensial CCS/CCUS dengan target rata-rata onstream pada tahun 2030. Ia mencontohkan proyek Cekungan Sunda Asri, dimana Pertamina dan Exxon telah menandatangani perjanjian dan akan menginjeksi CCS karbon lintas batas ke dalam proyek Saline aquifer. Ia juga mencontohkan proyek CCUS Tangguh, CCS Abadi dan CCS Sakakemang yang telah mendapatkan persetujuan Plan of Development (POD).
“Proyek CCUS lainnya yang terutama untuk EOR telah memulai uji coba injeksi di beberapa ladang seperti Sukowati dan Jatibarang yang dijalankan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina,” imbuh Ego.
Dalam kesempatan tersebut, Ego menegaskan potensi penyimpanan ini akan memperkuat peran CCS di Indonesia untuk memberikan dukungan pengurangan emisi, tidak hanya untuk minyak dan gas, industri dalam negeri, tetapi juga dapat mendukung dekarbonisasi di kawasan melalui CO2 lintas batas. Hal ini terutama karena Indonesia juga mempunyai proyek CCS/CCUS lain yang potensial, seperti CCS untuk diproduksi Blue Amoniac dan juga CCS/CCUS Hub.
Mengakhiri sambutannya, Ego berpesan meskipun konsep CCS sering dikaitkan dengan infrastruktur kompleks yang dirancang untuk memerangkap dan menyimpan karbon dioksida di bawah tanah, namun Pemerintah Indonesia terbuka terhadap pendekatan yang lebih mudah diakses dan berpotensi memberikan dampak positif.
“Mudah-mudahan, dengan menggabungkan kemajuan teknologi dengan solusi berbasis alam dan integrasi proses industri, kita dapat mencapai pengurangan karbon secara signifikan dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dalam mencapai Net Zero Emission,” pungkas Ego mengakhiri.
(RAW)