Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, diwakili Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Laode Sulaeman menyampaikan kesiapan pemerintah dalam memberikan insentif dan keuntungan bagi investor yang mengambil inisiatif dalam mengembangkan potensi Carbon Capture Storage (CCS) di Indonesia.
Dalam sambutan yang disampaikan pada acara The Fifth Asia CCUS Network Forum 2025, Rabu (10/09), Laode juga menyampaikan arahan Presiden RI Prabowo Subianto yang menyambut baik partisipasi pelaku sektor swasta dalam memajukan potensi CCS di Indonesia.
“Beliau menyambut baik partisipasi pelaku sektor swasta dalam memajukan potensi CCS, dan menyambut baik komitmen industri migas Indonesia untuk mendukung transisi energi, termasuk CCS dan inovasi lainnya,” terang Laode.
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab Indonesia sendiri memiliki potensi penyimpanan karbon terbesar di Asia Tenggara yakni sekitar 577 gigaton. Hal ini juga sejalan dengan visi Asta Cita pemerintah, yang menempatkan penekanan kuat pada ketahanan energi dan hilirisasi industri sebagai pilar utama pembangunan nasional.
Lebih lanjut, Laode menjelaskan bahwa Indonesia juga telah mengembangkan kerangka regulasi CCS/CCUS yang komprehensif. Melalui Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 misalnya, Pemerintah menjamin kepastian hukum dan skema bisnis bagi investor yang ingin mengembangkan CCS di Indonesia, baik pada wilayah kerja migas maupun pengembangan proyek CCS secara independen Dengan demikian peluang investasi CCS menjadi lebih luas.
“Kita memiliki Peraturan Presiden 14/2024 yang mengatur pilihan skema bisnis CCS bagi investor untuk mengembangkan CCS baik di blok Migas maupun sebagai Proyek Mandiri CCS,” jelasnya.
Mekanisme pengembangan CCS pada KKS Migas kemudian diatur secara khusus melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 02/2023 yang memberikan aturan teknis agar pengembangan CCS dapat djalankan dalam kontrak kerja sama migas (KKS). Sedangkan Wilayah Izin Penyimpanan Karbon dalam rangka kegiatan CCS diatur melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 16 Tahun 2024 yang mencakup perizinan eksplorasi, mekanisme tender, perizinan operasi dan lain-lain.
Dihadapan masyarakat industri, akademisi, dan para pemangku kepentingan, Laode juga menyinggung soal 19 proyek CCS/CCUS yang sedang dikembangkan, dimana proyek CCS Asri antara Pertamina dan Exxon merupakan yang paling maju. Ia menjelaskan, dengan perkiraan total kapasitas penyimpanan sebesar 2,9 gigaton, proyek ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan penyimpanan karbon domestik dan internasional. Proyek ini juga akan dipaketkan dengan investasi Pabrik Petrokimia dengan estimasi nilai lebih dari 10 USD.
“Pemerintah secara aktif mendukung pengembangan 19 proyek CCS/CCUS yang sedang berlangsung, melalui persiapan kerangka regulasi dalam negeri dan kerja sama internasional, untuk membangun ekosistem CCS yang kuat di Indonesia,” imbuh Laode.
Selanjutnya, sesuai dengan Peraturan Presiden 14/2024, 70% kapasitas projek tersebut akan dialokasikan untuk penghasil emisi domestik. Hal ini dilakukan untuk memastikan prioritas nasional terpenuhi. Sementara 30% sisanya dapat digunakan untuk penyimpanan karbon lintas batas. Pengaturan ini akan meningkatkan kelayakan ekonomi proyek dan sekaligus membantu mensubsidi penghasil emisi domestik, sehingga implementasi CCS lebih terjangkau dan berkelanjutan di Indonesia.
Mengakhiri sambutannya, Laode menegaskan kembali manfaat pengembangan CCS/CCUS yang tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi investasi, dan menciptakan lapangan kerja dan daya saing. Oleh karena itu pihaknya sangat mengapresiasi adanya forum diskusi CCS seraya berharap kolaborasi yang berkelanjutan untuk masa depan energi.
“Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ASIA CCUS NETWORK FORUM 2025, kepada mitra industri, lembaga penelitian, dan kepada kolaborator internasional atas komitmen kuat dan dukungan berkelanjutan. Dedikasi dan inovasi Anda merupakan kekuatan pendorong kemajuan Indonesia menuju masa depan energi berkelanjutan, “ pungkas Laode mengakhiri.
(RAW)